SITARO – Dosen Jurusan PTB FT Unima, Dr. Djubir Ruslan Eddy Kembuan, M.Pd dan Dosen Prodi Teknik Sipil FT Unima, Rocky Franky Roring, ST, MSc., sukses melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), bertempat di Desa Tulusan Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kamis (19/9/2024), lalu.
Diketahui, kegiatan PKM kali ini mengangkat judul, Penyuluhan Bedah Rumah Pasca Erupsi Gunung Ruang di Desa Tulusan, Kecamatan Tagulandang Kabupaten Kepulauan Sitaro.
Ketua tim PKM, Dr. Djubir Ruslan Eddy Kembuan, M.Pd., yang akrab disapa Eddy ini mengungkapkan bahwa Kegiatan ini diinisiasi oleh Universitas Negeri Manado (Unima) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), yang bertujuan untuk melaksanakan tugas-tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Disisi lain, Eddy juga menyebutkan bahwa pasca erupsi Gunung Ruang, program bedah rumah diluncurkan untuk membantu masyarakat terdampak membangun kembali hunian masyarakat yang lebih layak.
“Kegiatan PKM ini diawali dengan pendataan rumah yang mengalami kerusakan dan identifikasi kebutuhan mendesak dari setiap keluarga terdampak. Tim yang terdiri dari pemerintah, LSM, dan relawan lokal melakukan asesmen lapangan untuk menentukan prioritas rehabilitasi berdasarkan tingkat kerusakan dan kerentanan penghuni rumah,” jelas Kembuan.
Lebih lanjut, Eddy menyebutkan tahapan-tahapan apa saja yang mereka laksanakan dalam PKM tersebut.
“Dalam tahapan ini, dilakukan juga sosialisasi kepada masyarakat tentang rencana dan tahapan program, serta pentingnya keterlibatan mereka dalam proses pembangunan kembali. Kemudian tahapan berikut adalah proses rehabilitasi dan rekonstruksi rumah-rumah yang rusakrusak,” sebutnya.
“Material bangunan disediakan oleh pemerintah dan LSM, sementara tenaga kerja sebagian besar melibatkan relawan dan masyarakat setempat. Pelatihan teknis diberikan kepada warga untuk memastikan kualitas bangunan yang tahan terhadap bencana di masa depan,” sambung Kembuan.
Disamping itu, Eddy juga menuturkan, kegiatan PKM ini tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan kesehatan, seperti penataan sistem sanitasi dan penyediaan air bersih.
“Dengan semangat gotong royong, setiap keluarga bersama-sama membangun rumah mereka dan saling membantu satu sama lain, memperkuat ikatan sosial di komunitas tersebut. Dan pada tahapan terakhir, kami melibatkan pemantauan dan evaluasi hasil rehabilitasi. Tim pengawas melakukan inspeksi untuk memastikan bahwa semua rumah yang dibangun kembali memenuhi standar keamanan dan kenyamanan,” tuturnya.
Senada dengan itu, Eddy mengatakan bahwa pihaknya juga melakukan survei kepuasan masyarakat untuk mendapatkan masukan dan saran guna perbaikan program di masa mendatang.
“Program “bedah rumah” ini tidak hanya menyediakan solusi jangka pendek dengan membangun kembali rumah-rumah yang rusak, tetapi juga membangun ketahanan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana di masa depan melalui pendidikan dan pemberdayaan komunitas,” pungkas Kembuan. (Abner)