INTERNATIONAL – Pada tahun 1999, Donald Trump dengan tegas menyatakan dirinya sebagai pendukung hak perempuan untuk memilih atau “pro-choice” terkait aborsi.
Namun, sikapnya berubah drastis pada tahun 2016, ketika ia mengambil posisi yang berlawanan, menyatakan secara tegas bahwa dirinya “pro-life.” Deklarasi ini menjadi bagian dari kampanyenya untuk meraih dukungan dari kelompok konservatif, terutama kalangan yang menentang aborsi.
Meski begitu, posisi Trump terhadap aborsi tetap mengalami perubahan selama bertahun-tahun, bahkan hingga saat ini.
Pada awal tahun ini, di bawah pengaruh Trump, Partai Republik menghapus referensi terkait larangan aborsi federal dari platform resminya. Langkah ini mengejutkan banyak kalangan, terutama mereka yang mengharapkan dukungan tegas terhadap pembatasan aborsi secara nasional.
Tak berhenti di situ, Trump pada awal bulan ini membuat pernyataan yang lebih kontroversial. Ia berjanji untuk memveto upaya larangan aborsi federal jika terpilih kembali sebagai presiden. Pernyataan ini bertentangan dengan sikap pro-life yang diungkapkannya selama bertahun-tahun, dan menimbulkan pertanyaan mengenai konsistensinya dalam mengadvokasi pembatasan aborsi.
Hanya dua hari setelah pernyataan Trump tersebut, istrinya, Melania Trump, mengeluarkan pernyataan publik yang mendukung hak aborsi.
Sikap Melania ini memperlihatkan perbedaan pandangan dalam keluarga Trump mengenai isu ini, yang merupakan salah satu topik paling kontroversial dalam politik Amerika.
Sejumlah ahli politik berspekulasi bahwa ambiguitas Trump terhadap isu aborsi mungkin merupakan strategi untuk meraih suara yang lebih luas.
Mereka menilai Trump dan timnya berusaha menjaga keseimbangan di antara kelompok pendukung pro-choice dan pro-life. Pendekatan ini tampaknya menjadi upaya untuk menghindari risiko politik, mengingat aborsi pernah menjadi titik kelemahan Partai Republik dalam beberapa pemilu sebelumnya.
Sikap Trump yang berubah-ubah mencerminkan pergeseran pandangan dalam dunia politik, di mana isu aborsi kerap menjadi medan pertempuran bagi kedua belah pihak.
Meskipun demikian, banyak yang mempertanyakan seberapa jauh komitmen Trump terhadap pembatasan aborsi, serta apakah sikapnya ini merupakan refleksi dari pandangan pribadi atau strategi politik yang cermat.
(***)