MINAHASA – Universitas Negeri Manado (Unima) kini mengantongi surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 429/E/0/2024 tentang Izin Pembukaan Program Studi Geofisika Program Sarjana dan Ilmu Lingkungan Program Sarjana, Minggu (11/7/2024) lalu.
Surat Keputusan tersebut ditandatangani oleh Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Ditjen Diktiristek, Prof. Tjitjik Srie Tjahjandarie Ph.D.
Lebih lanjut, dalam SK tersebut diatur pula agar Unima memenuhi standar nasional pendidikan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan melaporkan hasil penyelenggaraan Program Studi sebagaimana yg dimaksud paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir setiap semester kepada Menteri.
“Rektor Universitas Negeri Manado bertanggung jawab untuk menyelenggarakan Program Studi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menanggung semua akibat apabila dilakukan pencabutan izin pembukaan program studi setelah dinyatakan tidak layak berdasarkan hasil evaluasi,” demikian keputusan Mendikbudristek yang ditetapkan di Jakarta pada 11 Juli 2024.
Diketahui, Dirjen Diktiristek, Prof. Dr. rer.nat. Abdul Haris, M.Si., pernah menjabat sebagai Wakil Presiden bidang sertifikasi Masyarakat Geofisika Indonesia (HAGI) pada tahun 2009.
Disisi lain, Presiden Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Dieky Rahmadi Aprilian, melalui Sekertaris HAGI Sulut, Dr. Armstrong Sompotan, S.Si, M.Si, menyampaikan selamat atas pembukaan Prodi Geofisika program sarjana dan Ilmu Lingkungan program sarjana di lingkungan Unima.
“Selamat kepada Rektor Unima, Prof. Dr. Deitje Adolfien Katuuk, M.Pd., kini Unima telah diizinkan membuka dua Prodi baru di FMIPAK setelah dinyatakan memenuhi persyaratan akreditasi dan kedua prodi ini yakni Program Studi Geofisika Program Sarjana dan Ilmu Lingkungan Program Sarjana dinyatakan memenuhi persyaratan akreditasi,” ungkap Sompotan.
Menurut Armstrong yang juga dosen aktif Fisika Unima ini, Prodi Geofisika Unima akan menyelenggarakan program pendidikan untuk menghasilkan sarjana geofisika yang mempunyai keahlian dan keterampilan di bidang geofisika untuk mengelola SDA yang melimpah di Provinsi Sulawesi Utara.
“Kedepannya, para Sarjana.Geofisika ini akan menghasilkan penelitian yang handal dan kompetitif untuk menunjang eksplorasi dan eksploitasi SDA, potensi energi baru dan terbaharukan serta mitigasi bencana alam,” ujarnya.
Ketua LPPM Unima ini juga menambahkan bahwa lulusan Geofisika ini mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan ilmu Geofisika khususnya mengkaji permasalahan sumber daya alam di Sulawesi Utara.
“Saya sangat yakin, lulusan Geofisika di Unima nantinya mampu memberikan kontribusi pada pembangunan, sebagai pusat pengembangan ilmu geofisika untuk mengkaji fenomena dan permasalahan sumber daya bumi, pemantauan dan rekonstruksi struktur bumi serta mitigasi bencana alam di kawasan Timur Indonesia,” ulas Sompotan.
Mereka juga nantinya akan dibimbing dengan keahlian geofisika seperti, eksplorasi panas bumi (geothermal), eksplorasi tambang mineral, eksplorasi minyak dan gas bumi, eksplorasi air tanah, seismologi dan mitigasi bencana gempa bumi, vulkanologi dan mitigasi bencana erupsi gunung api dan mitigasi bencana tanah longsor,” lanjutnya.
Alumnus Institut Teknologi Bandung, berharap lulusan Prodi Geofisika dan Prodi Ilmu Lingkungan ini mampu memaafkan peluang kerja yang sedemikian luas ini.
“Berharap lulusan Prodi Geofisika dan Prodi Ilmu Lingkungan di Unima nantinya mengisi sektor pemerintah dan sektor swasta seperti lembaga pemerintahan diantaranya, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi). Lemigas (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi). Kementerian Pekerjaan Umum. Dinas Pertambangan Pemda. Bidang pertambangan dan perminyakan seperti Pertamina, Elnusa Geosains, Chevron, TOTAL Indonesie EP, Medco Energy, UNOCAL, British Petroleum, Freeport, PGS, Schlumberger, Halliburton, Petrochina. PT IWIP (Indonesia Weda Bay Industrial Park) dan PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park),” pungkas Sompotan. (Abner)